Jumat, 09 Agustus 2019

Pengaruh Penyuluhan Sosial melaui Program Training Entrepreneurship terhadap Jiwa Kewirausahaan Pemuda (Jurnal Skripsi)





Irsyad:

Jurnal Bimbingan

dan

Konseling Islam



Volume

x



No

mor



x



(

xxxx

)



1

-

20





Fakultas Dakwah dan Komunikasi

, UIN



U

niversitas Islam Negeri



Sunan Gunung Djati Bandung



Pengaruh Penyuluhan Sosial Melalui Program Training Entrepreneurship terhadap Jiwa Kewirausahaan Pemuda
 

Siti Nurul Hermawati*, Dudy Imanudin Effendi, & Dede Lukman

Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung
*Email : siti.nurulhermawati@student.uinsgd.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) proses penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship; 2) pengaruh penyuluhan tersebut terhadap jiwa kewirausahaan pemuda yang dilaksanakan oleh Dinas Koperasi, Industri, dan Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teori yang digunakan adalah teori motivasi Maslow, bahwa manusia membutuhkan dorongan (arahan) dalam memenuhi kebutuhannya. Proses penyuluhannya melibatkan unsur-unsur dari penyuluhan yaitu;  penyuluh, tersuluh, metode, media, dan tujuan. Hasil reliabilitas nilai Cronbach’s Alpha 0,923 > 0,7 maka semua kontruk pertanyaan yang merupakan dimensi adalah reliable. Pengaruh penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship terhadap jiwa kewirausahaan pemuda diperoleh Pv <  a  = (0,000) <  a  (0,05). Hal ini menunjukan adanya pengaruh penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship terhadap jiwa kewirausahaan pemuda. Besar pengaruh dapat dilihat dari nilai Koefisien determinasi (R square) yang besarnya adalah 0,880 atau 88% sedangkan sisanya 12%  dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini. 
Kata kunci : penyuluhan sosial; training entrepreneurship; jiwa kewirausahaan

ABSTRACT

This study aims to find out the process of social counseling through entrepreneurship training program and to know the influence of the counseling on the soul of youth entrepreneurship implemented by the Department of Cooperatives, Industry, and Trade of Tasikmalaya Regency. The research method used is descriptive research type with quantitative approach. The theory used is Hierarchy Maslow Theory, that humans need encouragement (direction) in meeting their needs. The counseling process involves elements of the counseling; counselor, counselee, methods, media, and goals.  Based on the research, the influence of social counseling through entrepreneurship training program obtained the value of R arithmetic> R table then all items question Valid. The result of reliability value of Cronbach's Alpha 0,923> 0,7 then all of question contract which is dimension is reliable. The influence of social counseling through entrepreneurship training program on youth entrepreneurship spirit is obtained by Pv < a  = (0,000) <(0,05) .This shows the influence of social counseling through entrepreneurship training program to the soul of youth entrepreneurship big influence can be seen from coefficient value determination (R square) whose magnitude is 0.880 or 88% while the remaining 12% is influenced by other variables not examined in this research
Keywords: social counseling; entrepreneurship training; entrepreneurship personility

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki jumlah penduduk terbesar keempat di dunia. Badan Pusat Statistik memproyeksikan jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 sekitar 234,2 juta jiwa. Namun, hasil Sensus Penduduk (SP) 2010 menunjukkan sekitar 3,5 juta lebih besar dari proyeksi. Laju pertumbuhan penduduk yang diproyeksikan terus menurun menjadi sekitar 1,27% tetapi pada SP 2010 tercatat sebesar 1,49%. (BPS, 2010).
Permasalahan kependudukan ini pada dasarnya terkait dengan kuantitas, kualitas dan mobilitas penduduk. Pertumbuhan jumlah penduduk di Pulau Jawa (Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur) semakin tak terkendali sehingga mengganggu pada aspek pertimbangan lainnya. Seperti kesempatan kerja bagi masyarakat. Banyak orang yang mencari pekerjaan tetapi tidak semua lembaga perusahaan bisa menerima orang yang mencari pekerjaan tersebut. Ketika orang sudah berkerja maka kebutuhan ekonominya akan terpenuhi sehingga tercapai kesejahteraan sosial.
Dalam masalah mengurangi angka pengangguran di masayarakat, perlu dilakukan pengarahan atau penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship yang dapat membentuk pola pikir masyarakat dari yang pekerja untuk menjadi pencipta pekerjaan karena telah dirasa oleh masyarakat sendiri bahwa mencari lapangan pekerjaan itu tidak mudah dan alangkah baiknya bila justru dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.
Jumlah pemuda (penduduk usia 15-34 tahun) pada tahun 2009 di Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 549.789 jiwa atau 31,83% dari jumlah penduduk. Untuk mewadahi aktivitas dan kreativitas generasi muda yang lebih berkualitas dan mandiri, diperlukan berbagai wadah untuk menyalurkan bakat dan kreativitasnya. (BPS Kab. Tasikmalaya, 2010)
Program penyuluhan sosial di Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan  (Koperindag) Kabupaten Tasikmalaya yang telah dilakukan melalui program training entrepreneurship diharapkan dapat meningkatkan jiwa kewirausahaan masyarakat khususnya kaum muda. Adapun warga sasaran dari penyuluhan sosial tersebut merupakan masyarakat muda yang tertarik untuk berkarir di bidang kewirausahaan.
Dalam dunia pemuda, agar dapat bertahan maju, pemuda harus inovatif, kreatif, dan tumbuh setiap waktu. Pemuda harus mampu mengembangkan diri. Selain itu, pemuda harus mampu beradaptasi dan bukan berkonfrontasi dengan perubahan teknologi dan kebiasaan yang berkembang. Jika tidak ada visi dan manajemen diri, pemuda bisa mengalami krisis, kalah berkompeisi, dan akhirnya mengalami kegagalan. Pemuda harus mampu membaca situasi yang terus berubah dan mampu beradaptasi secara cerdas. (Effendy, 2011:13)
Kabupaten Tasikmalaya yang terdiri dari 39 kecamatan dan tersebar dari masing-masing kecamatan tersebut masyarakat yang masih tergolong usia muda yang tertarik untuk berwirausaha. Mereka inilah yang mendapat penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship.
Penumbuhan jiwa kewirausahaan tidak dapat dilakukan serta merta, tanpa ada penyuluhan atau pelatihan yang dapat menggerakkan jiwa kewirausahaan seseorang. Apalagi bagi orang yang tidak mempunyai keberanian mengambil risiko. Hal ini dapat menghambat perkembangan aktualisasi dirinya.
Di kabupaten Tasikmalaya sendiri perlu pemberian penyuluhan tersebut dilakukan kepada generasi muda di wilayahnya. Karena sebagai pemuda tentunya harus sudah bisa hidup mandiri, salah satunya bisa berwirausaha sendiri agar tidak menjadi pemuda pengangguran tanpa mengahasilkan prestasi atau keuntungan apa-apa. Seperti pemuda di daerah peneliti di kecamatan Singaparna mereka ingin memulai untuk wirausaha hanya mereka tidak mau mengambil resiko, sekalinya mencoba untuk berwirausaha hanya bertahan dalam waktu yang sebentar saja karena mereka kurang wawasan dan keterampilan dalam wirausaha. Akibatnya, mereka kembali menjadi pengangguran. Selain itu masih ada masyarakat yang termasuk dalam sasaran kelompok rentan (masyarakat penganggur, setengah penganggur, korban PHK, calon TKI atau purna TKI, dan istri nelayan / petani) serta termasuk dalam data sebaran penduduk miskin dan kurang produktif (Hasil wawancara dengan Pak Nur Ahmad, S.Sos, penyuluh Dinas Koperindag, Tasikmalaya, 1 November 2016). Dengan demikian mereka perlu mempersiapkan bekal, berupa sikap mental keberanian untuk mengambil resiko dan menguasai wawasan serta keterampilan yang menunjang. Dengan adanya penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship yang dilakukan oleh Dinas Koperindag yang bekerjasama dengan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi kabupaten Tasikmalaya diharapkan dapat memotivasi masyarakat khusunya masyarakat muda di Kabupaten Tasikmalaya untuk meningkatkan jiwa kewirausahaannya. Sehingga dapat membantu meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi.
Tempat penelitian di di Dinas Koperasi, Industri, dan Perdagangan (Dinas Koperindag) Kabupaten Tasikmalaya yang berlokasi di Jalan Raya Sukapura, Komplek Perkantoran Kabupaten Tasikmalaya, Desa Sukaasih, Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat 46112. Di Dinas Koperindag Kabupaten Tasikmalaya ini terdapat Penyuluhan Sosial melalui program Training Entrepreneurship guna memotivasi jiwa kewirausahaan masyarakat. Adapaun pada penelitian ini yang dimaksud masyarakat disini adalah bagian dari masyarakat muda yang minat dan telah mencoba untuk berwirausaha namun mereka perlu penyuluhan atau bimbingan sosial untuk memotivasi dan meningkatkan jiwa kewirausahaannya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti membuat  rumusan masalah antara lain sebagai berikut: 1) Bagaimana proses penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship kepada pemuda di Dinas Koperindag Kabupaten Tasikmalaya?; 2) Berapa besar pengaruh penyuluhan sosial melalui training entrepreneurship  terhadap jiwa kewirausahaan pemuda di Kabupaten Tasikmalaya?
Tujuan Penelitian meliputi: 1) Untuk mengetahui proses penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship di Dinas Koperindag Kabupaten Tasikmalaya.; 2) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penyuluhan sosial melalui training entrepreneurship  terhadap jiwa kewirausahaan pemuda.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. (Sugiyono 2012: 8). Penelitian deskriptif yaitu, penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain. (Sugiyono, 2012: 13). Berdasarkan teori tersebut, penelitian deskriptif kuantitatif, merupakan data yang diperoleh dari sampel populasi penelitian dianalisis sesuai dengan metode statistik yang digunakan. Penelitian deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran dan keterangan-keterangan mengenai pengaruh penyuluhan sosial mealui program training entrepreneurship  terhadap jiwa kewirausahaan pemuda. Pengambilan digunakan melalui teknik purposive sampling. Purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Arikunto, 2012:183). Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010:85) . Jadi sampel yang diambil dari populasi dipilih dengan saja berdasarkan tujuan dan pertimbangan tertentu. Tujuan dan pertimbangan pengambilan sample penelitian ini adalah sample tersebut masyarakat muda (pemuda),  laki-laki dan perempuan, usia 15-35 tahun, telah mengikuti penyuluhan sosial melalui program entrepreneurhip selama tahun 2016, baru atau akan memulai berwirausaha. Sample yang memenuhi kriteria tersebut sebanyak 45 orang.
LANDASAN TEORITIS
Teori yang dijadikan landasan dalam penelitian ini adalah teori penyuluhan sosial, training entrepreneurship, jiwa kewirausahaan pemuda, teori motivasi hirarki kebutuhan Maslow teori motivasi McCelland, teori penguatan (Skinner), dan teori partisipasi. Penyuluhan sosial adalah proses komunikasi, informasi, motivasi, dan edukasi (KIEM), yang terencana, terarah, dan berkelanjutan, yang ditujukan kepada seluruh sasaran khalayak, untuk memberikan pengetahuan, mendorong terciptanya sikap positif dan menggerakan peran aktif setiap individu, kelompok dan masyarakat dalam pembangunan kesejahteraan sosial. (Kementerian Ketenagakerjaan RI, 2016). bahwa penyuluhan sosial adalah suatu proses pengubahan perilaku yang dilakukan melalui penyebarluasan komuniasi, informasi, motivasi, dan edukasi oleh penyuluh sosial baik secara lisan, tulisan, maupun peragaan kepada kelompok sasaran sehingga muncul pemahaman yang sama, pengetahuan dan kemajuan guna berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan kesejahteraan sosial. (Supardan, 2011:25).
Training berasal dari bahasa Inggris yang memiliki arti pelatihan.
Pelatihan adalah serangkaian aktifitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan sikap seseorang, sedangkan pengembangan (development) diartikan sebagai penyiapan individu untuk memikul tanggung jawab yang berbeda atau yang lebih tinggi. (Simamora, 2001 : 345).
Menurut Thomas W. Zimmerer (2008) dalam Hendro (2011:14) entrepreneurship (kewirausahaan) adalah penerapan kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya memanfaatkan peluang-peluang yang dihadapi orang setiap hari. entrepreneurship adalah kemampuan untuk melihat, mengelola dan menentukan keputusan pada setiap peluang dan memanfaatkannya sehingga mampu meningkatkan taraf hidup dimasa depan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa training entrepreneurship  adalah pelatihan dan pembinaan kewirausahaan. Dalam penelitian ini mengkaji tentang penyuluhan sosial melalui program pelatihan atau pembinaan kewirausahaan pada pemuda.
Menurut Suryana (2003 : 32) yang termasuk ke dalam indikator training entrepreneurship adalah sebagai berikut: 1) Pengetahuan, 2) Keterampilan, 3) Kemampuan (Ability), d) Motivasi. 
Yang termasuk ke dalam indikator pengetahuan adalah: a) Knowing your business, b) Knowing the basic business management, c) Knowing how to compete. Indikator yang mempengaruhi keterampilan yang harus dimiliki menurut Suryana (2003:67), yaitu : a) Conceptual Skill, b) Human Skill. Indikator yang mempengaruhi kemampuan menurut Soeparman Soemahamidjaja (1997: 14-15)  yaitu: a) Kemampuan merumuskan tujuan hidup/usaha, b) Kemampuan untuk mengatur waktu dan membiasakan diri untuk selalu tepat waktu dalam segala tindakan melalui kebiasaan yang selalu tidak menunda pekerjaan. Adapun indikator motivasi menurut David C. McClelland (1971) dalam Suryana (2003 : 33)sebagai berikut: a) Kebutuhan berprestasi wirausaha (n’Ach), b) Kebutuhan untuk ingin mengetahui sesuatu yang belum pernah diketahui sebelumnya (rasa ingin tahu), c) Kebutuhan untuk berafiliasi (n’aff).
Masa pemuda adalah masa yang terentang antara 15 tahun sampai dengan 35 tahun, secara psikologis Aristoteles menetapkan masa remaja lebih pendek lagi yaitu masa yang terentang antara umur 14-35 tahun. Masa ini dianggap sebagai masa remaja atau masa pubertas, masa peralihan dari masa anak menjadi orang dewasa (Siswanto, 1988 dalam Shalahudidin dan
Kadir, 1991:81)
Apalagi pemuda yang masih punya fisik yang kuat tentu dianjurkan untuk bekerja atau berusaha agar kelak mereka dewasa hidup dengan berjiwa wirausaha yang baik. Masa muda perlu dilakukan sebaik-baiknya agar tidak menyesal kelak ketika sudah tua. Sebagaimana Hadits Nabi menerangkan: “Pergunakanlah lima keadaanmu sebelum datang lima keadaan : hidupmu, sebelum matimu, mudamu, sebelum tuamu, sehatmu, sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, dan sempatmu sebelum sempitmu” (H.R Baihaqi, dalam Kusnawan, 2011:36).
Materi atau pesan yang disampaikan dalam penyuluhan sosial melalui program training entreupreneurship adalah menyeru pemuda untuk bekerja menjadi lebih baik salah satunya dengan berwirausaha agar semangat jiwa kewirausahaannya semakin termotivasi.
Dalam Islam pun manusia diperintahkan untuk bekerja karena bekerja merupakan salah satu bentuk ikhtiar. Sebagaimana Firman Allah dalam Q.S At-Taubah ayat 105 :
“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Kusnawan, 2011:32)
Pemuda sebagai individu yang berada pada masa peralihan, tapi sudah berada pada masa produktif, sudah barang tentu perlu dipersiapkan demikian rupa agar dapat menanggung dan mengemban tugas yang dibebankan negara dan bangsa.
Pemuda harapan bangsa atau pemuda pemilik masa depan merupakan pemeo-pemeo yang mengandung isyarat bahwa masa depan suatu bangsa atau negara ditetukan oleh pemudanya. Dengan demikian pemuda diharapkan dapat tampil dengan baik dan melaksanakan tugas serta kewajibannya dengan sempurna sesuai dengan harapan bangsanya. Walaupun masa depan bangsa dan negara milik pemuda, tapi hendaknya pemuda itu mempersiapkan masa depannya lebih baik, sehingga dapat diharapkan masa depan suatu bangsa dan negara lebih baik pula dibandingkan masa kininya. Untuk itu perlu persiapan yang matang untuk membina pemuda dengan berbagai keahlian dan keterampilan agar dapat mengantisipasi semua permasalahan yang dihadapi dengan baik pula. Yang tidak kalah pentingnya harus disadari bahwa pemuda adalah bagian dari masyarakat. Untuk itu ia dituntut untuk mengetahui kondisi-kondisi dan permasalahan yang dihadapi masyarakat, lingkungan dan tempat ia berada. Pemuda sebagai tenaga yang potensial dan sudah produktif tentu diharapkan dapat berpartisipasi dan menyumbangkan darma baktinya pada pembangunan masyarakatanya. (Shalahudidin dan Kadir, 1991:81-
82).
Pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik sedang mengalami perkembangan dan secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional, sehingga pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan baik saat ini maupun masa datang. Sebagai calon generasi penerus yang akan menggantikan generasi sebelumnya.
Secara internasional, WHO menyebut sebagai “young people” dengan batas usia 10-24 tahun, sedangkan usia 10-19 tahun disebut “adolescenea” atau remaja. International Youth Year yang diselenggarakan tahun 1985, mendefinisikan penduduk berusia 15-24 tahun sebagai kelompok pemuda.
Wirausaha juga merupakan suatu pekerjaan untuk mengubah taraf hidup menjadi lebih baik. Bagi orang yang tadinya menganggur mempunyai keterampilan entrepreuneur akan membuatnya menjadi orang yang mempunyai kesibukan bekerja dan tentunya akan menghasilkan uang. Dengan begitu dapat meningkatkan taraf ekonomi. Ketika taraf ekonomi meningkata, maka akan mengubah kondisi sosialnya juga menjadi sejahtera. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya jiwa untuk usaha. Allah pun tidak akan mengubah nasib hamba-Nya jika tidak hamba-Nya sendiri ada usaha untuk berubah menjadi lebih baik. Sebagaimana Firman Allah Q.S Ar-Ra’du ayat 11: “.........Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri..........” (Depag, 2004:250).
Geoffrey G. Meredith, mendefinisikan entrepreneur adalah orang yang memiliki kemampuan menemukan dan mengevaluasi peluang-peluang, mengumpulkan sumber-sumber daya yang diperlukan dan bertindak untuk memperoleh keuntungan dari peluang- peluang itu. (Geoffrey G. Meredith et. al., 2002: 5 dalam Hendriani dan Nulhaqim, 2008:155). Jiwa kewirausahaan adalah jiwa yang memiliki kemampuan untuk menjadikan sesuatu yang bernilai ekonomis.
Yang termasuk ke dalam indikator jiwa kewirausahaan menurut Geoffrey G. Meredith (2002: 5-6) dalam Suryana (2003 :21) diantaranya : 1) Percaya Diri (Self Confidence), 2) Berorientasi tugas dan hasil, 3) Kepemimpinan, 4) Berorientasi ke masa depan, 5) Keorsinilan. 
Indikator dari percaya diri adalah: a) Keyakinan, b) Keberanian. Beberapa indikator dari berorientasi tugas dan hasil yaitu : a) Ketekunan dan ketabahan, b) Kerja keras. Indikator kepemimpinan adalah sebagai berikut: a) Dapat bergaul dengan orang lain, b) Menanggapi saran-saran dan kritik. Indikator berorientasi ke masa depan adalah: a) Pandangan ke masa depan, b) Harus memiliki perspektif yang jelas. Indikator dari keorisinilan adalah: a) Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini, meskipun cara tersebut cukup baik, b) Selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaannya, 3) Selalu ingin tampil berbeda atau selalu memanfaatkan perbedaan. (Suryana, 2003 : 23)
Menurut Maslow ada lima kategori kebutuhan manusia, yaitu:
1) Physiological needs (Fisiologis); 2) safety (security) atau keamanan; 3) social (affiliation)  atau afiliasi; 4) esteem (recognition) atau penghargaan; 5) self actualization (perwujudan diri) (Alma, 2013:89). Untuk memenuhi lima kebutuhan tersebut maka manusia khususnya pemuda perlu melakukan usaha salahsatunya yaitu dengan berwirausaha. Tindakan yang dilakukan manusia memiliki alasan. Motivasi berfungsi sebagai pemicu tindakan, dimana tindakan itu memiliki dampak jangka pendek maupun jangka panjang. (Iensufiie, 2010:198)
Teori McCelland berusaha menjelaskan tingkah laku yang berorientasi kepada prestasi (achievement-oriented behaviour) yang didefinisikan sebagai tingkah laku yang diarahkan terhadap tercapainya standard of excellent. Menurut teori tersebut, seseorang yang mempunyai need for achievement yang tinggi selalu mempunyai pola pikir tertentu, ketika ia merencanakan untuk melaksanakan sesuatu, selalu mempertimbangkan apakah pekerjaan yang akan dilakukan itu cukup menantang atau tidak. Seandainya pekerjaan itu cukup memberikan tantangan, maka kemudian ia memikirkan kendala-kendala apa yang mungkin dihadapi dalam pencapaian tujuan, strategi apa yang dapat digunakan untuk mengatasi kendala dan mengantisipasi konsekuensinya.  Penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship bisa saja mempengaruhi jiwa kewirausahaan pemuda di Tasikmalaya.
Teori yang digunakan selanjutnya adalah teori Penguatan (Skinner) . Menurut Skinner setiap respon (R) yang terjadi dari suatu stimulus (S), akan menjadi stimulus baru yang mendorong untuk berperilaku. Dalam proses penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship, pemuda peserta penyuluhan tersebut diberikan dorongan atau motivasi agar dia mau bekerja khususnya bekerja dengan berwirausaha sehingga jiwa kewirausahaan terus berkembang.
Teori lainnya yaitu teori partisipasi. Menurut Made Pidarta dalam Siti Irene Astuti D. (2009: 31-32), partisipasi adalah pelibatan seseorang atau beberapa orang dalam suatu kegiatan. Keterlibatan dapat berupa keterlibatan mental dan emosi serta fisik dalam menggunakan segala kemampuan yang dimilikinya (berinisiatif) dalam segala kegiatan yang dilaksanakan serta mendukung pencapaian tujuan dan tanggungjawab atas segala keterlibatan.
Menurut Fasli Djalal dan Dedi Supriadi (2001: 201-202), partisipasi dapat berarti bahwa pembuat keputusan menyarankan kelompok atau masyarakat ikut terlibat dalam bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang, keterampilan, bahan dan jasa. Partisipasi dapat juga berarti bahwa kelompok mengenal masalah mereka sendiri, mengkaji pilihan mereka, membuat keputusan, dan memecahkan masalahnya.
Dapat dibuat kesimpulan bahwa partisipasi adalah keterlibatan aktif dari seseorang, atau sekelompok orang (masyarakat) secara sadar untuk berkontribusi secara sukarela dalam program pembangunan dan terlibat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring sampai pada tahap evaluasi.
Penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship terhadap jiwa kewirausahaan pemuda adalah suatu kegiatan komunikasi, informasi, motivasi, dan edukasi melalui program pelatihan atau pembinaan kewirausahaan yang terdapat keterlibatan aktif pemuda. 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dinas Koperasi, Industri, dan Perdagangan (Dinas Koperindag) Kabupaten Tasikmalaya yang berlokasi di Jalan Raya Sukapura, Komplek Perkantoran Kabupaten Tasikmalaya, Desa Sukaasih, Kecamatan
Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat 46112/ Visi  Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya periode 2016 s.d 2020: “Terwujudnya kewirausahaan yang mempunyai kemampuan daya saing dan berbasis ekonomi kerakyatan tahun 2020”.
Pencapaian visi tersebut ditempuh melalui Misi Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya sebagai berikut:
a) Meningkatkan kualitas aparatur dan pelaku usaha di bidang koperasi dan UKM, perindustrian serta perdagangan; b)Meningkatkan kualitas koperasi dan UKM, industri serta perdagangan; c)Meningkatkan daya saing produk dengan mengembangkan komoditas hasil industri dan perdagangan; d) Meningkatkan tertib usaha dan perlindungan konsumen; e) Meningkatkan pelatihan, pembinaan, pengelolaan, kewirausahaan, perdagangan dan pasar.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket berisi pertanyaan mengenai indikator-indikator penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship dan jiwa kewirausahaan.
Tabel 1
Defenisi Konsep dan Operasional Variabel Penelitian
Variabel  
Sub Variabel  
Indikator  
Variabel X   (Penyuluhan Sosial melalui Training Entreprenership)
Penyuluhan melalui pemberian pengetahuan  Penyuluhan melalui pembekalan Keterampilan 
Life Skill
Penyuluhan melalui pembekalan Kemampuan 
1.                  Mengetahui dasar-dasar pengelolaan usaha
2.                  Mengetahui strategi bersaingcara bersaing   3. Human Skill  
4.                  Conceptual Skill  
5.                  Kemampuan untuk mengatur waktu dan membiasakan diri  

Penyuluhan melalui pemberian Motivasi 
6. Kebutuhan untuk ingin tahu (rasa ingin tahu)  7. Kebutuhan berprestasi 8. Kebutuhan berafiliasi
(hasrat untuk diterima dan disukai orang lain        
1.  Keyakinan 
Percaya Diri 
2.  Keberanian  
                                                Berorientasi         3. Bekerja Keras 
Pada Tugas Dan 4. Ketabahan dan ketekunan 
Hasil 
5. Bergaul dengan orang lain 
Variabel Y                    Kepemimpinan  6. Menanggapi saran-saran
(Jiwa Kewirausahaan)                              dan kritik 
                                                Berorientasi Ke    7. Pandangan
                                                 Masa Depan         Ke Depan 
8.      Perspektif 
(Cara Pandang) 
9.      Kreativitas 
Keorsinilan 
10.  Inovasi  
(Suryana, 2002:33)
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada penyuluh sosial yang bertugas untuk melaksanakan penyuluhan sosial dalam program training entrepreneurship kepada pemuda di Kabupaten Tasikmalaya, narasumber tersebut adalah Pak Ana beliau adalah penyuluh sosial bidang ketenagakerjaan dari Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Tasikmalaya memaparkan tentang gambaran umum penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship kepada pemuda di Kabupaten Tasikmalaya.
Menurut beliau secara umum penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship adalah suatu kegiatan membantu, membimbing, mengarahkan, mendukung, memberikan pelatihan dan pembinaan terhadap individu atau kelompok masyarakat dalam merumuskan usaha, merencanakan, melaksanakan dan melestarikan program kerja yang diperlukan agar potensi yang terdapat dalam diri mereka dapat berkembang secara produktif dan optimal. Sasaran dari kegiatan ini adalah masyarakat kelompok rentan (masyarakat penganggur, setengah penganggur, korban PHK, calon TKI atau purna TKI, dan istri nelayan atau petani) untuk dibina, dibimbing, dilatih dan dikembangkan menjadi wirausaha yang produktif.
Di Kabupaten Tasikmalaya sendiri untuk tahun 2016 seluruhnya ada 129 warga binaan Dinsosnakertrans yang tercatat telah mengikuti penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship. Dalam pelaksanaannya, penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship kepada pemuda di Kabupaten Tasikmalaya adalah kerjasama penyuluh indag dari Dinas Koperasi, Industri, dan Perdagangan (Diskoperindag) bidang ketenagakerjaan dengan penyuluh sosial dari Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) kabupaten Tasikmalaya.
Adapun penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship kepada pemuda di Kabupaten Tasikmalaya adalah kegiatan membantu, membimbing, mengarahkan, mendukung, memberikan pelatihan dan pembinaan terhadap individu atau kelompok pemuda untuk menunjang keterampilan tenaga kerja muda dalam merumuskan usaha, merencanakan, melaksanakan dan melestarikan program kerja yang diperlukan agar potensi yang terdapat dalam diri mereka dapat berkembang secara produktif dan optimal. Dari 129 warga tadi yang masyarakat muda (pemuda), laki-laki dan perempuan, usia 15-35 tahun, telah mengikuti penyuluhan sosial melalui program entrepreneurhip selama tahun 2016, baru atau akan memulai berwirausaha ada 45 orang.
Data tersebut diperoleh dari data sebaran penduduk miskin dan kurang produktif yang didapat dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). Data ini kemudian diintegrasikan dengan memperhatikan saran-saran dari kelompok pemangku kepentingan lainnya.  
Hasil penelitian ini menemukan tentang proses penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship pada pemuda dan tingkat pengaruh penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship terhadap jiwa kewirausahaan pemuda.

Proses            Penyuluhan   Sosial Melalui           Program Training Entrepreneurship Terhadap Jiwa Kewirausahaan Pemuda

Berdasarkan data yang peneliti dapatkan setelah melakukan observasi di Dinsosnakertrans dan Diskoperindag Kabupaten Tasikmalaya serta wawancara kepada penyuluh sosial yakni Pak Ana, Pak Kamal, dan Pak Nanang serta penyuluh Koperindag yakni Pak Nur Ahmad R, S.Sos dan Pak Drs. Enceng Muhtar, M.Si pada tahun 2016 ada tiga kegiatan besar penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship terhadap jiwa kewirausahaan pemuda, setiap kegiatan besar tersebut diberikan training (pelatihan) dan pembinaan yang berbeda-beda agar tidak terkesan membosankan serta untuk menarik minat peserta penyuluhan, kegiatankegiatan tersebut adalah kegiatan penyuluhan sosial dan pelatihan teknik pembuatan kerajinan batu onik, kegiatan penyuluhan sosial dan pelatihan teknik pembuatan tikar lampit, dan kegiatan penyuluhan sosial Peningkatan Peran Wanita Menuju Keluarga Sehat Dan Sejahtera (P2WKSS).
Selain tiga kegiatan besar tersebut, dilakukan pula bimbingan dan pendampingan oleh tiga penyuluh sosial bidang ketenagakerjaan. Tiga penyuluh tersebut disebar di tiga wilayah besar kabupaten Tasikmalaya dan membimbing pemuda-pemuda binaan Dinsosnakertrans tersebut agar termotivasi, berkembang, dalam melakukan wirausahanya. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai proses penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship terhadap jiwa kewirausahaan pemuda.
Pertama, Penyuluh dalam penyuluhan sosial memiliki arti sebagai komunikator. Menurut Effendy, 1992:6 dalam AS, 2009:19 komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan. Menurut Rustanto (2015) komunikator adalah pengirim pesan, sumber informasi penyuluhan sosial. Penyuluh dalam kegiatan penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship terhadap jiwa kewirausahaan pemuda terdiri dari lima orang penyuluh. Dua orang diantaranya adalah penyuluh dari Diskoperindag kabupaten Tasikmalaya yang memang memiliki jabatan fungsional sebagai penyuluh koperindag. Dua orang tersebut adalah Bapak Nur Ahmad R, S.Sos dan Bapak Drs. Enceng Muhtar, M.Si. Diantaranya, tiga orang utusan dari Dinsosnakertrans kabupaten Tasikmalaya. Ketiga penyuluh tersebut sebelumnya adalah orang yang telah mendapat pembekalan dari Balai Besar Pengembangan Pasar Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja (BBPPK dan PKK) selama 6 hari dan telah menerima materi yang berkaitan dengan penyuluhan tersebut dengan jumalah materi 48 jam pelajaran sehingga mempunyai kemampuan di bidang pendampingan kewirausahaan dan penyuluhan di lapangan yang bertugas membimbing, memberikan dorongan atau motivasi, mendengarkan dan memecahkan persoalan-persoalan yang dialami peserta penyuluhan secara bersama-sama berkenaan dengan jiwa kewirausahaan pemuda membantu, mengarahkan, mendukung individu atau kelompok dalam merumuskan usaha, merencanakan, melaksanakan, dan melestarikan program kerja yang diperlukan agar potensi yang terdapat dalam diri pemuda dapat berkembang secara produktif dan optimal, serta memfasilitasi peserta kegiatan penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship terhadap jiwa kewirausahaan pemuda. Ketiga orang tersebut adalah Bapak Ana, Bapak Nanang, dan Bapak Kamal.
Kedua, tersuluh yaitu penerima pesan atau peserta dalam kegiatan penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship terhadap jiwa kewirausahaan pemuda adalah 45 orang masyarakat usia pemuda (15-34) tahun yang berasal dari berbagai daerah atau kecamatan di kabupaten Tasikmalaya yang masuk dalam sasaran kelompok rentan (masyarakat penganggur, setengah penganggur, korban PHK, calon TKI atau purna TKI, dan istri nelayan / petani) serta termasuk dalam data sebaran penduduk miskin dan kurang produktif.
Ketiga, metode dalam kegiatan kegiatan penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship terhadap jiwa kewirausahaan pemuda dilakukan melalui cara berikut ini: a) Ceramah; b) Brainstorming; c) Bermain peran (role play); d) Diskusi kelompok terarah (focussed group discussion); e)
Pencairan suasana (icebreaking); f) Praktik kerja lapangan (on the job training); g) Pelatihan (training) dan pembinaan; h) Bimbingan individu dan kelompok. Secara umum metode yang digunakan dalam penyuluhan tersebut adalah dengan pendekatan individu dan pendenkatan kelompok.
Keempat, media yang dilakukan dalam kegiatan penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship terhadap jiwa kewirausahaan pemuda adalah sebagai berikut: a) Laptop dan proyektor; b) Alat tulis; c) Modul bimbingan; d) Alat dan bahan pelatihan.
Kelima, materi yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship terhadap jiwa kewirausahaan pemuda adalah: a) Penyampaian materi yang berkaitan dengan penyuluhan Islam; b) Penyampaian materi tentang kebijakan dari pemerintah terutama dari Dinsosnakertrans dan Diskoperindag Kabupaten Tasikmalaya; c) Pemberian materi motivasi; d) Materi praktik pelatihan.   
Keenam, waktu dan tempat dari tiga kegiatan besar penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship terhadap jiwa kewirausahaan pemuda adalah sebagai berikut: a) Penyuluhan Sosial dan Pelatihan Teknik Pembuatan Kerajinan Batu Onik di desa Cigunung Kecamatan Parungponteng dilaksanakan selama empat hari pada tanggal 13 April sampai dengan 16 April 2016; b) Penyuluhan Sosial dan Pelatihan Teknik Pembuatan Tikar Lampit di desa Nanggerang Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya 2016 dilaksanakan selama 4 (empat) hari,  yaitu dari tanggal 27 April sampai dengan 30 April 2016, bertempat di GOR Parusarakan Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya; c) Penyuluhan sosial dan pelaksanaan pelatihan pembuatan produksi makanan olahan dalam rangka Peningkatan Peran Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) dilaksanakan selama 4 (empat) hari,  yaitu dari tanggal 25 Mei sampai dengan 28 Mei 2016, bertempat di Gedung PGRI Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya. Untuk kegiatan bimbingan kelompok dilakukan oleh penyuluh dan pemuda peserta penyuluhan dengan meyesuaikan waktu dan tempat yang telah disepakati bersama. Untuk tempat biasa dilakukan dengan berkumpul di salah satu rumah pemuda peserta penyuluhan tersebut sambil membahas kemajuan wirausaha mereka dalam suasana santai tetapi tersampaikan pesan-pesan penyuluhan itu. Tetapi untuk waktunya biasa dilakukan satu bulan sekali karena kegiatan tersebut ditekankan harus ada pertemuan antara penyuluh atau dalam hal ini dapat disebut pula sebagai pendamping dengan kelompok pemuda peserta penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship untuk mengetahui dan melihat kemajuan perkembangan jiwa kewirausahaan mereka. Proses bimbingan ini secara prosedur dari pemerintah terhitung berlangsung selama enam bulan, mulai tanggal 1 Juli-30 Desember 2016. Meskipun prosedur dari pemerintah ini hanya berlangsung sampai enam bulan saja, proses bimbingan ini masih berlangsung sampai sekarang.
Ketujuh, tujuan penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship terhadap jiwa kewirausahaan pemuda ini adalah kegiatan untuk membimbing, mengarahkan mendukung, proses komuikasi, penyampaian informasi, edukasi dan motivasi kepada individu atau kelompok pemuda di Tasikmalaya dalam merumuskan usaha, merencanakan, melaksanakan wirausaha, dan melestarikan program kerja yang diperlukan agar potensi yang terdapat dalam diri mereka dapat berkembang secara produktif dan optimal.

Pengaruh       Penyuluhan   Sosial Melalui           Program Training Entrepreneurship Terhadap Jiwa Kewirausahaan Pemuda

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pertanyaan yang diajukan dapat mewakili objek yang diamati, sehingga pertanyaan dalam kuesioner memenuhi syarat, sah atau tidak untuk dijadikan data primer dalam penelitian. Uji validitas dapat mengkorelasikan masingmasing pertanyaan dengan jumlah skor masing-masing sub variabel.
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment dan hasilnya dibandingkan dengan nilai angkan kritik table korelasi nilai r. Berdasarkan kuesioner yang disebar kepada 22 responden dengan signifikansi 0,05% didiapatkan nilai df=n-2, df=222=20. Didiapatkan angka r table= 0,2483. Jika r tabel lebih kecil dari r hitung, maka pernyataan itu valid sehingga pertanyaan dalam kuesioner memenuhi syarat, sah atau tidak untuk dijadikan data primer dalam penelitian, dan sebaliknya jika r tabel lebih besar dari r hitung maka pernyataan itu tidak valid sehingga pertanyaan dalam kuesioner tidak memenuhi syarat sah atau tidak untuk dijadikan data primer dalam penelitian. Hasil uji validitas dari seluruh item dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 2
Hasil Uji Validitas
Pertanyaan
Nilai Koefisien r Hitung
Nilai Koefisien r Tabel
Kesimpulan
Pertanyaan 1
0,404
0,2483
Valid
Pertanyaan 2
0,477
0,2483
Valid
Pertanyaan 3
0,434
0,2483
Valid
Pertanyaan 4
0,459
0,2483
Valid
Pertanyaan 5
0,520
0,2483
Valid
Pertanyaan 6
0,550
0,2483
Valid
Pertanyaan 7
0,391
0,2483
Valid
Pertanyaan 8
0,415
0,2483
Valid
Pertanyaan 9
0,358
0,2483
Valid
Pertanyaan 10
0,406
0,2483
Valid
Pertanyaan 11
0,359
0,2483
Valid
Pertanyaan 12
0,415
0,2483
Valid
Pertanyaan 13
0,643
0,2483
Valid
Pertanyaan 14
0,352
0,2483
Valid
Pertanyaan 15
0,425
0,2483
Valid
Pertanyaan 16
0,550
0,2483
Valid
Pertanyaan 17
0,415
0,2483
Valid
Pertanyaan 18
0,520
0,2483
Valid
Pertanyaan 19
0,404
0,2483
Valid
Pertanyaan 20
0,359
0,2483
Valid
Pertanyaan 21
0,406
0,2483
Valid
Pertanyaan 22
0,550
0,2483
Valid
Pertanyaan 23
0,385
0,2483
Valid
Pertanyaan 24
0,643
0,2483
Valid
Pertanyaan 25
0,520
0,2483
Valid
Pertanyaan 26
0,477
0,2483
Valid
Pertanyaan 27
0,404
0,2483
Valid
Pertanyaan 28
0,459
0,2483
Valid
Pertanyaan 29
0,393
0,2483
Valid
Pertanyaan 30
0,520
0,2483
Valid
Pertanyaan 31
0,406
0,2483
Valid
Pertanyaan 32
0,271
0,2483
Valid
Pertanyaan 33
0,397
0,2483
Valid
Pertanyaan 34
0,368
0,2483
Valid
Pertanyaan 35
0,520
0,2483
Valid
Pertanyaan 36
0,643
0,2483
Valid
Pertanyaan 37
0,497
0,2483
Valid
Pertanyaan 38
0,415
0,2483
Valid
Pertanyaan 39
0,459
0,2483
Valid
Pertanyaan 40
0,391
0,2483
Valid
Pertanyaan 41
0,359
0,2483
Valid
Pertanyaan 42
0,425
0,2483
Valid
Pertanyaan 43
0,520
0,2483
Valid
Pertanyaan 44
0,415
0,2483
Valid

Sumber data: output SPSS 24 yang diolah, 2017
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa setiap pertanyaan memiliki r hitung yang lebih besar dibandingkan dengan r tabel. Maka table di atas menggambarkan bahwa pertanyaan-pertanyaan diatas valid sehingga memenuhi syarat untuk dijadikan data primer dalam penelitian.
Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas, uji reliabilitas adalah tingat kepercayaan hasil suatu pengukuran. Pengukuran yang memiliki realibitas tinggi yaitu pengukuran yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya (reliabel). Teknik yang digunakan untuk mengukur reliabilitas yaitu menggunakan teknik Alpha Cronbach.
Uji reliabilitas ini dihitung dengan menggunakan program IBM SPSS Statistics 24.0. Kriteria suatu instrumen dikatakan reliabel apabila koefisien reliabilitas lebih besar dari 0. maka data tersebut mempunyai kehandalan yang tinggi (Ghozali: 2005). 
Tabel 3
Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
,923
44

Sumber data: output SPSS 24 yang diolah, 2017

Berdasarkan perhitungan uji realibilitas didapatkan hasil Cronbach Alpha sebesar 0.923 yang artinya bahwa seluruh pertanyaan dinyatakan reliabel dikarenakan nilai cronbach’s alpha lebih dari 0,923 > 0,600.
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah residual terstandarisasi yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Penyebabnya karena terdapat nilai ekstrim dalam pengambilan data.
Tabel 4
Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test




Unstandardized

Residual


N

45
Normal Parametersa,b
Mean
,0000000

Std.
Deviation
3,80625163
Most Extreme Differences
Absolute Positive
,084
,056

Negative
-,084
Test Statistic

,084
              Asymp. Sig. (2-tailed)                               ,200 

a. Test distribution is Normal.                                              
b. Calculated from data.                                                        
Sumber data: output SPSS 24 yang diolah, 2017
Dari hasil output SPSS diperoleh Pv (0,200) > 0,05 maka H0 diterima, maka nilai residual tersebut normal atau dapat disimpulkan bahwa uji normalitas untuk penelitian tersebut terpenuhi.
Berikutnya adalah tabel Coefficients untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship terhadap jiwa kewirausahaan pemuda P-value  < α (0,05) maka H0 ditolak berarti terdapat pengaruh penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship terhadap jiwa kewirausahaan tetapi sebaliknya apabila Pvalue < α (0,05) maka H0 diterima berarti tidak terdapat pengaruh penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship terhadap jiwa kewirausahaan.
Tabel 5
                                              Coefficientsa

Unstandardized
Coefficients
Model
Std.
B
Error
Standardized
Sig.
Coefficients
Beta
T
1
(Constant)              11,647      5,546

2,1
00
,042

Penyuluhan Sosial 1,609 ,091 Melalui Program
,938
17,
,000
721
Training
Entrepreneurship

Sumber data: output SPSS yang diolah, 2017

a. Dependent Variable: Jiwa Kewirausahaan Pemuda
Karena Pv < 0,05 maka H0 DITOLAK sehingga terdapat pengaruh penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship terhadap jiwa kewirausahaan pemuda.
Besar pengaruh penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship terhadap jiwa kewirausahaan pemuda dapat dilihat hasilnya melalui tabel yang hasil olahan pada IBM SPSS 24 seperti pada tabel dibawah ini pada tabel analisis hasil koefisien determinasi, tepatnya pada nilai R Square yang diperoleh hasil angka 0,880.
Tabel 6
Analisis Hasil Koefisien Determinasi


Model Summary

Model
R
Adjusted R R Square          Square
Std. Error of the Estimate
1
.938a
           .880                  .877
3.850

Sumber data: output SPSS 24 yang diolah, 2017


Dilihat dari tabel 6 di atas, nilai koefisien determinasi atau R-Square sebesar 0,880 atau 88,0%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel X yaitu penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship terhadap variabel dependen yaitu jiwa kewirausahaan pemuda sebesar 88,0 %, sedangkan sisanya yaitu 12,0 % dipengaruhi oleh faktor atau variabel lain yang tidak diteliti. Dalam perhitungan korelasi Pearson akan didapat koefisien korelasi yang menunjukkan keeratan hubungan antara dua variabel tersebut. Nilai koefisien korelasi berkisar antara 0 sampai 1 atau 0 sampai -1. Semakin mendekati 1 atau -1 maka hubungan semakin erat dan jika mendekati 0 maka pengaruh semakin lemah.
Besar peningkatan penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship terhadap jiwa kewirausahaan pemuda
      Tabel 7
Coefficientsa
Unstandardized
                     Model                        Coefficients
Standardiz ed
Coefficient s
T
Sig.
                                                          B                 Std. Error
Beta


1         (Constant)               11,647       5,546         

2,100
,042
             Penyuluhan Sosial     1,609        ,091
              Melalui      Program
Training
Entrepreneurship
,938
17,721
,000
a. Dependent Variable: Jiwa Kewirausahaan
Sumber data: output SPSS yang diolah, 2017
Koefisien regresi X sebesar 1,609 menyatakan bahwa setiap penambahan atau peningkatan sebesar 1 nilai penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship, maka nilai penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship bertambah atau naik sebesar 1,609, ini dikarenakan nilai 1,609 bernilai positif, maka X naik, Y akan menggalami kenaikan.


Tabel 8

Hasil Koefisien Determinasi



Interval Koefisien



Tingkat Hubungan


4%
Rendah sekali
5% - 16%
Rendah tetapi pasti
17% - 49%
Cukup berarti
50% - 80%
Tinggi atau kuat
81%
Tinggi sekali
Sumber: Sugiyono, 2012

Dari tabel 7 di atas terlihat bahwa nilai koefisien determinansi yang telah dihitung sebesar 88,0% dan masuk ke dalam kriteria pengaruh yang tinggi sekali (Sugiyono: 2012).
PENUTUP
Proses penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship kepada pemuda di kabupaten Taikmalaya diberikan oleh penyuluh dari Dinas Koperindag yang selanjutnya dilakukan bimbingan oleh penyuluh sosial dari Dinsosnakertrans bidang ketenagakerjaan. Untuk kegiatan bimbingannya dilakukan setiap 1 kali dalam 1 bulan selama 6 bulan. Dengan waktu dan tempat yang fleksibel sesuai kesepakatan peserta penyuluhan. Adapun metode yang digunakan dalam penyuluhan adalah melalui metode ceramah, curah pendapat, bermain peran, pencairan suasana, praktik kerja lapangan, pelatihan dan pembinaan serta bimbingan individu dan kelompok. Media yang digunakan dalam penyuluhan adalah laptop, in-focus, alat tulis modul bimbingan, dan alat pelatihan.
Pengaruh penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship terhadap jiwa kewirausahaan pemuda di Kabupaten Tasikmalaya dengan menggunakan jenis pengambilan sample melalui teknik purposive sampling maka diambil 45 sample. Dari hasil uji validitas dengan Rtabel yang digunakan = 0,2483, diperoleh nilai R hitung > R tabel maka semua item pertanyaan valid. Hasil reliabilitas nilai Cronbach’s Alpha 0,923 > 0,7 maka semua kontruk pertanyaan yang merupakan dimensi adalah reliable. Setelah dilakukan uji normalitas dan uji linieritas diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship terhadap jiwa kewirausahaan pemuda denagn hasil P-value  < a (0,05).). Adapun besar pengaruh dari nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 88 %.
DAFTAR PUSTAKA
Alma, B. (2013). Kewirausahaan, Bandung: Alfabeta. 
Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2006). Metodelogi Penelitian, Yogyakarta: Bina Aksara.
Arikunto, S. (2012). Metodelogi Penelitian, Yogyakarta: Bina Aksara.
AS, Enjang. (2009). Komunikasi Konseling Dari Wawancara, Seni Mendengar, sampai Soal Kepribadian. Bandung: Nuansa.
Departemen Agama RI.(2004). Al-Quran dan Terjemahnya, Bandung: CV JArt.
Effendy, dkk. (2011). Menjadi Pemuda Bermartabat (Kunci Rahasia Menjadi Pemuda Sukses. Bandung: Arsad Press.
Hendriani, S dan Nulhaqim, S.A. (2008). Pengaruh Pelatihan dan Pembinaan Dalam Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Mitra Binaan  PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Dumai, Jurnal Kependudukan Padjajaran, Vol.10, No.2.  
Iensufiie, T. (2010). Leadership untuk Profesional dan Mahasiswa. Jakarta: Esensi Erlangga Group.
Kementerian Ketenagakerjaan RI, Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tnaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja. (2016). Modul Bimbingan Pendamping Pemberdayaan Masyarakat 2016. Bandung: Balai Besar Pengembangan Pasar Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja.
Kusnawan, Aep. (2011). Baca, Tulis, Hafal Al-Quran dan Hadits ke-BPI-an, Bandung: Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Meredith, G. G. (2002). Kewirausahaan: Teori dan Praktek. Jakarta : Pustaka Binaman Presindo.
Simamora, H. (2001). Manajemen Sumberdaya Manusia, Edisi Kedua bagian Penerbit STIE YKPN, Yogyakarta.
Supardan, D. (2011). Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: Bumi Aksara
Suryana. (2003). Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar