Fakultas Dakwah dan Komunikasi
|
Sunan Gunung Djati Bandung
|
Pengaruh Penyuluhan Sosial Melalui Program
Training Entrepreneurship terhadap Jiwa Kewirausahaan Pemuda
Siti Nurul Hermawati*, Dudy Imanudin
Effendi, & Dede Lukman
Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam, UIN Sunan
Gunung Djati, Bandung
*Email : siti.nurulhermawati@student.uinsgd.ac.id
ABSTRAK
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui: 1) proses penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship; 2) pengaruh penyuluhan tersebut
terhadap jiwa kewirausahaan pemuda yang dilaksanakan oleh Dinas Koperasi,
Industri, dan Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teori yang digunakan adalah teori motivasi Maslow, bahwa manusia
membutuhkan dorongan (arahan) dalam memenuhi kebutuhannya. Proses penyuluhannya
melibatkan unsur-unsur dari penyuluhan yaitu;
penyuluh, tersuluh, metode, media, dan tujuan. Hasil reliabilitas nilai Cronbach’s Alpha 0,923 > 0,7 maka semua kontruk pertanyaan yang
merupakan dimensi adalah reliable. Pengaruh penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship terhadap jiwa
kewirausahaan pemuda diperoleh Pv < a = (0,000) < a (0,05). Hal ini menunjukan adanya pengaruh
penyuluhan sosial melalui program
training entrepreneurship terhadap jiwa kewirausahaan pemuda. Besar
pengaruh dapat dilihat dari nilai Koefisien determinasi (R square) yang
besarnya adalah 0,880 atau 88% sedangkan sisanya 12% dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak
diteliti dalam penelitian ini.
Kata
kunci : penyuluhan sosial; training
entrepreneurship; jiwa kewirausahaan
ABSTRACT
This study aims to find out the process of social
counseling through entrepreneurship training program and to know the influence
of the counseling on the soul of youth entrepreneurship implemented by the
Department of Cooperatives, Industry, and Trade of Tasikmalaya Regency. The
research method used is descriptive research type with quantitative approach.
The theory used is Hierarchy Maslow Theory, that humans need encouragement
(direction) in meeting their needs. The counseling process involves elements of
the counseling; counselor, counselee, methods, media, and goals. Based on the research, the influence of social
counseling through entrepreneurship training program obtained the value of R
arithmetic> R table then all items question Valid. The result of reliability
value of Cronbach's Alpha 0,923> 0,7 then all of question contract which is
dimension is reliable. The influence of social counseling through
entrepreneurship training program on youth entrepreneurship spirit is obtained
by Pv < a = (0,000) <(0,05) .This shows the influence of social
counseling through entrepreneurship training program to the soul of youth
entrepreneurship big influence can be seen from coefficient value determination
(R square) whose magnitude is 0.880 or 88% while the remaining 12% is
influenced by other variables not examined in this research
Keywords: social counseling; entrepreneurship training;
entrepreneurship personility
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki jumlah penduduk
terbesar keempat di dunia. Badan Pusat Statistik memproyeksikan jumlah penduduk
Indonesia tahun 2010 sekitar 234,2 juta jiwa. Namun, hasil Sensus Penduduk (SP)
2010 menunjukkan sekitar 3,5 juta lebih besar dari proyeksi. Laju pertumbuhan
penduduk yang diproyeksikan terus menurun menjadi sekitar 1,27% tetapi pada SP
2010 tercatat sebesar 1,49%. (BPS, 2010).
Permasalahan kependudukan ini pada dasarnya terkait
dengan kuantitas, kualitas dan mobilitas penduduk. Pertumbuhan jumlah penduduk
di Pulau Jawa (Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur) semakin tak terkendali
sehingga mengganggu pada aspek pertimbangan lainnya. Seperti kesempatan kerja
bagi masyarakat. Banyak orang yang mencari pekerjaan tetapi tidak semua lembaga
perusahaan bisa menerima orang yang mencari pekerjaan tersebut. Ketika orang
sudah berkerja maka kebutuhan ekonominya akan terpenuhi sehingga tercapai
kesejahteraan sosial.
Dalam masalah mengurangi angka pengangguran di
masayarakat, perlu dilakukan pengarahan atau penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship yang dapat membentuk pola pikir masyarakat dari
yang pekerja untuk menjadi pencipta pekerjaan karena telah dirasa oleh
masyarakat sendiri bahwa mencari lapangan pekerjaan itu tidak mudah dan
alangkah baiknya bila justru dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.
Jumlah pemuda (penduduk usia 15-34
tahun) pada tahun 2009 di Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 549.789 jiwa atau
31,83% dari jumlah penduduk. Untuk mewadahi aktivitas dan kreativitas generasi
muda yang lebih berkualitas dan mandiri, diperlukan berbagai wadah untuk
menyalurkan bakat dan kreativitasnya. (BPS Kab. Tasikmalaya, 2010)
Program penyuluhan sosial di Dinas
Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan
(Koperindag) Kabupaten Tasikmalaya yang telah dilakukan melalui program training entrepreneurship diharapkan
dapat meningkatkan jiwa kewirausahaan masyarakat khususnya kaum muda. Adapun
warga sasaran dari penyuluhan sosial tersebut merupakan masyarakat muda yang
tertarik untuk berkarir di bidang kewirausahaan.
Dalam dunia pemuda, agar dapat
bertahan maju, pemuda harus inovatif, kreatif, dan tumbuh setiap waktu. Pemuda
harus mampu mengembangkan diri. Selain itu, pemuda harus mampu beradaptasi dan
bukan berkonfrontasi dengan perubahan teknologi dan kebiasaan yang berkembang.
Jika tidak ada visi dan manajemen diri, pemuda bisa mengalami krisis, kalah
berkompeisi, dan akhirnya mengalami kegagalan. Pemuda harus mampu membaca
situasi yang terus berubah dan mampu beradaptasi secara cerdas. (Effendy,
2011:13)
Kabupaten Tasikmalaya yang terdiri dari 39 kecamatan
dan tersebar dari masing-masing kecamatan tersebut masyarakat yang masih
tergolong usia muda yang tertarik untuk berwirausaha. Mereka inilah yang
mendapat penyuluhan sosial melalui program training
entrepreneurship.
Penumbuhan jiwa kewirausahaan tidak dapat dilakukan
serta merta, tanpa ada penyuluhan atau pelatihan yang dapat menggerakkan jiwa
kewirausahaan seseorang. Apalagi bagi orang yang tidak mempunyai keberanian
mengambil risiko. Hal ini dapat menghambat perkembangan aktualisasi dirinya.
Di kabupaten Tasikmalaya sendiri
perlu pemberian penyuluhan tersebut dilakukan kepada generasi muda di
wilayahnya. Karena sebagai pemuda tentunya harus sudah bisa hidup mandiri,
salah satunya bisa berwirausaha sendiri agar tidak menjadi pemuda pengangguran
tanpa mengahasilkan prestasi atau keuntungan apa-apa. Seperti pemuda di daerah
peneliti di kecamatan Singaparna mereka ingin memulai untuk wirausaha hanya
mereka tidak mau mengambil resiko, sekalinya mencoba untuk berwirausaha hanya
bertahan dalam waktu yang sebentar saja karena mereka kurang wawasan dan
keterampilan dalam wirausaha. Akibatnya, mereka kembali menjadi pengangguran.
Selain itu masih ada masyarakat yang termasuk dalam sasaran kelompok rentan
(masyarakat penganggur, setengah penganggur, korban PHK, calon TKI atau purna
TKI, dan istri nelayan / petani) serta termasuk dalam data sebaran penduduk
miskin dan kurang produktif (Hasil wawancara dengan Pak Nur Ahmad, S.Sos,
penyuluh Dinas Koperindag, Tasikmalaya, 1 November 2016). Dengan demikian
mereka perlu mempersiapkan bekal, berupa sikap mental keberanian untuk
mengambil resiko dan menguasai wawasan serta keterampilan yang menunjang.
Dengan adanya penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship yang dilakukan oleh Dinas Koperindag yang
bekerjasama dengan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi kabupaten
Tasikmalaya diharapkan dapat memotivasi masyarakat khusunya masyarakat muda di
Kabupaten Tasikmalaya untuk meningkatkan jiwa kewirausahaannya. Sehingga dapat
membantu meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi.
Tempat penelitian di di Dinas Koperasi, Industri, dan
Perdagangan (Dinas Koperindag) Kabupaten Tasikmalaya yang berlokasi di Jalan
Raya Sukapura,
Komplek
Perkantoran Kabupaten Tasikmalaya, Desa Sukaasih, Kecamatan
Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat 46112. Di Dinas
Koperindag Kabupaten Tasikmalaya ini terdapat Penyuluhan Sosial melalui program
Training Entrepreneurship guna memotivasi jiwa kewirausahaan masyarakat.
Adapaun pada penelitian ini yang dimaksud masyarakat disini adalah bagian dari
masyarakat muda yang minat dan telah mencoba untuk berwirausaha namun mereka
perlu penyuluhan atau bimbingan sosial untuk memotivasi dan meningkatkan jiwa
kewirausahaannya.
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka peneliti membuat rumusan masalah
antara lain sebagai berikut: 1) Bagaimana proses penyuluhan sosial melalui
program training entrepreneurship
kepada pemuda di Dinas Koperindag Kabupaten Tasikmalaya?; 2) Berapa besar
pengaruh penyuluhan sosial melalui training entrepreneurship
terhadap jiwa kewirausahaan pemuda
di Kabupaten Tasikmalaya?
Tujuan Penelitian meliputi: 1)
Untuk mengetahui proses penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship di Dinas Koperindag
Kabupaten Tasikmalaya.; 2) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penyuluhan
sosial melalui training entrepreneurship terhadap jiwa kewirausahaan pemuda.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kuantitatif deskriptif. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif adalah
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan
tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. (Sugiyono 2012: 8).
Penelitian deskriptif yaitu, penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai
variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat
perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain. (Sugiyono, 2012:
13). Berdasarkan teori tersebut, penelitian deskriptif kuantitatif, merupakan
data yang diperoleh dari sampel populasi penelitian dianalisis sesuai dengan
metode statistik yang digunakan. Penelitian deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan
untuk mendapatkan gambaran dan keterangan-keterangan mengenai pengaruh
penyuluhan sosial mealui program training
entrepreneurship terhadap jiwa
kewirausahaan pemuda. Pengambilan digunakan melalui teknik purposive sampling. Purposive sampling dilakukan dengan cara
mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi
didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Arikunto, 2012:183). Sampling purposive adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010:85) . Jadi sampel
yang diambil dari populasi dipilih dengan saja berdasarkan tujuan dan
pertimbangan tertentu. Tujuan dan pertimbangan pengambilan sample penelitian
ini adalah sample tersebut masyarakat muda (pemuda), laki-laki dan perempuan, usia 15-35 tahun, telah
mengikuti penyuluhan sosial melalui program entrepreneurhip
selama tahun 2016, baru atau akan memulai berwirausaha. Sample yang memenuhi
kriteria tersebut sebanyak 45 orang.
LANDASAN TEORITIS
Teori yang
dijadikan landasan dalam penelitian ini adalah teori penyuluhan sosial, training entrepreneurship, jiwa
kewirausahaan pemuda, teori motivasi hirarki kebutuhan Maslow teori motivasi
McCelland, teori penguatan (Skinner), dan teori partisipasi. Penyuluhan sosial
adalah proses komunikasi, informasi, motivasi, dan edukasi (KIEM), yang
terencana, terarah, dan berkelanjutan, yang ditujukan kepada seluruh sasaran
khalayak, untuk memberikan pengetahuan, mendorong terciptanya sikap positif dan
menggerakan peran aktif setiap individu, kelompok dan masyarakat dalam pembangunan kesejahteraan sosial. (Kementerian
Ketenagakerjaan RI, 2016). bahwa
penyuluhan sosial adalah suatu proses pengubahan perilaku yang dilakukan
melalui penyebarluasan komuniasi, informasi, motivasi, dan edukasi oleh
penyuluh sosial baik secara lisan, tulisan, maupun peragaan kepada kelompok
sasaran sehingga muncul pemahaman yang sama, pengetahuan dan kemajuan guna
berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan kesejahteraan sosial. (Supardan,
2011:25).
Training
berasal dari bahasa Inggris yang memiliki arti pelatihan.
Pelatihan adalah serangkaian aktifitas
yang dirancang untuk meningkatkan keahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun
perubahan sikap seseorang, sedangkan pengembangan (development) diartikan sebagai penyiapan individu untuk memikul tanggung
jawab yang berbeda atau yang lebih tinggi. (Simamora, 2001 : 345).
Menurut Thomas W. Zimmerer (2008) dalam Hendro
(2011:14) entrepreneurship
(kewirausahaan) adalah penerapan kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan
permasalahan dan upaya memanfaatkan peluang-peluang yang dihadapi orang setiap
hari. entrepreneurship
adalah kemampuan untuk melihat, mengelola dan menentukan keputusan pada setiap
peluang dan memanfaatkannya sehingga mampu meningkatkan taraf hidup dimasa
depan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa training entrepreneurship adalah pelatihan dan pembinaan kewirausahaan.
Dalam penelitian ini mengkaji tentang penyuluhan sosial melalui program
pelatihan atau pembinaan kewirausahaan pada pemuda.
Menurut Suryana (2003 : 32) yang termasuk ke dalam
indikator training entrepreneurship adalah
sebagai berikut: 1) Pengetahuan, 2) Keterampilan, 3) Kemampuan (Ability), d) Motivasi.
Yang termasuk ke dalam indikator pengetahuan adalah: a)
Knowing your business, b) Knowing the basic business management, c)
Knowing how to compete. Indikator
yang mempengaruhi keterampilan yang harus dimiliki menurut Suryana (2003:67),
yaitu : a) Conceptual Skill, b) Human Skill. Indikator yang mempengaruhi
kemampuan menurut Soeparman Soemahamidjaja (1997: 14-15) yaitu: a) Kemampuan merumuskan tujuan
hidup/usaha, b) Kemampuan untuk mengatur waktu dan membiasakan diri untuk
selalu tepat waktu dalam segala tindakan melalui kebiasaan yang selalu tidak
menunda pekerjaan. Adapun indikator motivasi menurut David C. McClelland (1971)
dalam Suryana (2003 : 33)sebagai berikut: a) Kebutuhan berprestasi wirausaha
(n’Ach), b) Kebutuhan untuk ingin mengetahui sesuatu yang belum pernah
diketahui sebelumnya (rasa ingin tahu), c) Kebutuhan untuk berafiliasi (n’aff).
Masa pemuda adalah masa yang terentang antara 15 tahun
sampai dengan 35 tahun, secara psikologis Aristoteles menetapkan masa remaja
lebih pendek lagi yaitu masa yang terentang antara umur 14-35 tahun. Masa ini
dianggap sebagai masa remaja atau masa pubertas, masa peralihan dari masa anak
menjadi orang dewasa (Siswanto, 1988 dalam Shalahudidin dan
Kadir, 1991:81)
Apalagi pemuda yang masih punya fisik yang kuat tentu
dianjurkan untuk bekerja atau berusaha agar kelak mereka dewasa hidup dengan
berjiwa wirausaha yang baik. Masa muda perlu dilakukan sebaik-baiknya agar
tidak menyesal kelak ketika sudah tua. Sebagaimana Hadits Nabi menerangkan: “Pergunakanlah lima keadaanmu sebelum datang
lima keadaan : hidupmu, sebelum matimu, mudamu, sebelum tuamu, sehatmu, sebelum
sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, dan sempatmu sebelum sempitmu” (H.R
Baihaqi, dalam Kusnawan, 2011:36).
Materi
atau pesan yang disampaikan dalam penyuluhan sosial melalui program training
entreupreneurship adalah menyeru pemuda untuk bekerja menjadi lebih baik
salah satunya dengan berwirausaha agar semangat jiwa kewirausahaannya semakin
termotivasi.
Dalam
Islam pun manusia diperintahkan untuk bekerja karena bekerja merupakan salah
satu bentuk ikhtiar. Sebagaimana Firman Allah dalam Q.S At-Taubah ayat 105 :
“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka
Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan
kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Kusnawan, 2011:32)
Pemuda sebagai individu yang berada pada masa
peralihan, tapi sudah berada pada masa produktif, sudah barang tentu perlu
dipersiapkan demikian rupa agar dapat menanggung dan mengemban tugas yang
dibebankan negara dan bangsa.
Pemuda harapan bangsa atau pemuda pemilik masa depan
merupakan pemeo-pemeo yang mengandung isyarat bahwa masa depan suatu bangsa
atau negara ditetukan oleh pemudanya. Dengan demikian pemuda diharapkan dapat
tampil dengan baik dan melaksanakan tugas serta kewajibannya dengan sempurna
sesuai dengan harapan bangsanya. Walaupun masa depan bangsa dan negara milik
pemuda, tapi hendaknya pemuda itu mempersiapkan masa depannya lebih baik,
sehingga dapat diharapkan masa depan suatu bangsa dan negara lebih baik pula
dibandingkan masa kininya. Untuk itu perlu persiapan yang matang untuk membina
pemuda dengan berbagai keahlian dan keterampilan agar dapat mengantisipasi
semua permasalahan yang dihadapi dengan baik pula. Yang tidak kalah pentingnya
harus disadari bahwa pemuda adalah bagian dari masyarakat. Untuk itu ia
dituntut untuk mengetahui kondisi-kondisi dan permasalahan yang dihadapi
masyarakat, lingkungan dan tempat ia berada. Pemuda sebagai tenaga yang
potensial dan sudah produktif tentu diharapkan dapat berpartisipasi dan
menyumbangkan darma baktinya pada pembangunan masyarakatanya. (Shalahudidin dan
Kadir, 1991:81-
82).
Pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik
sedang mengalami perkembangan dan secara psikis sedang mengalami perkembangan
emosional, sehingga pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan baik saat
ini maupun masa datang. Sebagai calon generasi penerus yang akan menggantikan
generasi sebelumnya.
Secara internasional, WHO menyebut sebagai “young people” dengan batas usia 10-24
tahun, sedangkan usia 10-19 tahun disebut “adolescenea”
atau remaja. International Youth Year yang diselenggarakan tahun 1985,
mendefinisikan penduduk berusia 15-24 tahun sebagai kelompok pemuda.
Wirausaha juga merupakan suatu pekerjaan untuk mengubah
taraf hidup menjadi lebih baik. Bagi orang yang tadinya menganggur mempunyai
keterampilan entrepreuneur akan
membuatnya menjadi orang yang mempunyai kesibukan bekerja dan tentunya akan
menghasilkan uang. Dengan begitu dapat meningkatkan taraf ekonomi. Ketika taraf
ekonomi meningkata, maka akan mengubah kondisi sosialnya juga menjadi
sejahtera. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya jiwa untuk usaha. Allah pun
tidak akan mengubah nasib hamba-Nya jika tidak hamba-Nya sendiri ada usaha
untuk berubah menjadi lebih baik. Sebagaimana Firman Allah Q.S Ar-Ra’du ayat
11: “.........Sesungguhnya Allah tidak
merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri..........” (Depag, 2004:250).
Geoffrey G. Meredith, mendefinisikan entrepreneur adalah orang yang memiliki
kemampuan menemukan dan mengevaluasi peluang-peluang, mengumpulkan
sumber-sumber daya yang diperlukan dan bertindak untuk memperoleh keuntungan
dari peluang- peluang itu. (Geoffrey G. Meredith et. al., 2002: 5 dalam Hendriani
dan Nulhaqim, 2008:155). Jiwa kewirausahaan adalah jiwa yang memiliki kemampuan
untuk menjadikan sesuatu yang bernilai ekonomis.
Yang termasuk ke dalam indikator jiwa kewirausahaan menurut
Geoffrey G. Meredith (2002: 5-6) dalam Suryana (2003 :21) diantaranya : 1)
Percaya Diri (Self Confidence), 2)
Berorientasi tugas dan hasil, 3) Kepemimpinan, 4) Berorientasi ke masa depan,
5) Keorsinilan.
Indikator dari percaya diri adalah: a) Keyakinan, b)
Keberanian. Beberapa indikator dari berorientasi tugas dan hasil yaitu : a)
Ketekunan dan ketabahan, b) Kerja keras. Indikator kepemimpinan adalah sebagai
berikut: a) Dapat bergaul dengan orang lain, b) Menanggapi saran-saran dan
kritik. Indikator berorientasi ke masa depan adalah: a) Pandangan ke masa
depan, b) Harus memiliki perspektif yang jelas. Indikator dari keorisinilan
adalah: a) Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini, meskipun
cara tersebut cukup baik, b) Selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaannya, 3)
Selalu ingin tampil berbeda atau selalu memanfaatkan perbedaan. (Suryana, 2003
: 23)
Menurut Maslow ada lima kategori kebutuhan manusia,
yaitu:
1)
Physiological needs (Fisiologis); 2) safety (security) atau keamanan;
3) social (affiliation) atau afiliasi; 4) esteem (recognition) atau penghargaan; 5) self actualization (perwujudan diri) (Alma, 2013:89). Untuk
memenuhi lima kebutuhan tersebut maka manusia khususnya pemuda perlu melakukan
usaha salahsatunya yaitu dengan berwirausaha. Tindakan yang dilakukan manusia memiliki alasan. Motivasi berfungsi
sebagai pemicu tindakan, dimana tindakan itu memiliki dampak jangka pendek
maupun jangka panjang. (Iensufiie, 2010:198)
Teori McCelland berusaha menjelaskan tingkah laku yang
berorientasi kepada prestasi (achievement-oriented
behaviour) yang didefinisikan sebagai tingkah laku yang diarahkan terhadap
tercapainya standard of excellent.
Menurut teori tersebut, seseorang yang mempunyai need for achievement yang tinggi selalu mempunyai pola pikir
tertentu, ketika ia merencanakan untuk melaksanakan sesuatu, selalu
mempertimbangkan apakah pekerjaan yang akan dilakukan itu cukup menantang atau
tidak. Seandainya pekerjaan itu cukup memberikan tantangan, maka kemudian ia
memikirkan kendala-kendala apa yang mungkin dihadapi dalam pencapaian tujuan, strategi
apa yang dapat digunakan untuk mengatasi kendala dan mengantisipasi
konsekuensinya. Penyuluhan sosial
melalui program training entrepreneurship
bisa saja mempengaruhi jiwa kewirausahaan pemuda di Tasikmalaya.
Teori yang digunakan selanjutnya adalah teori Penguatan
(Skinner) . Menurut Skinner setiap
respon (R) yang terjadi dari suatu stimulus (S), akan menjadi stimulus baru
yang mendorong untuk berperilaku. Dalam proses penyuluhan sosial melalui
program training entrepreneurship,
pemuda peserta penyuluhan tersebut diberikan dorongan atau motivasi agar dia
mau bekerja khususnya bekerja dengan berwirausaha sehingga jiwa kewirausahaan
terus berkembang.
Teori lainnya yaitu teori partisipasi. Menurut Made
Pidarta dalam Siti Irene Astuti D. (2009: 31-32), partisipasi adalah pelibatan
seseorang atau beberapa orang dalam suatu kegiatan. Keterlibatan dapat berupa
keterlibatan mental dan emosi serta fisik dalam menggunakan segala kemampuan
yang dimilikinya (berinisiatif) dalam segala kegiatan yang dilaksanakan serta
mendukung pencapaian tujuan dan tanggungjawab atas segala keterlibatan.
Menurut Fasli Djalal dan Dedi Supriadi (2001: 201-202),
partisipasi dapat berarti bahwa pembuat keputusan menyarankan kelompok atau
masyarakat ikut terlibat dalam bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang,
keterampilan, bahan dan jasa. Partisipasi dapat juga berarti bahwa kelompok
mengenal masalah mereka sendiri, mengkaji pilihan mereka, membuat keputusan,
dan memecahkan masalahnya.
Dapat dibuat kesimpulan bahwa partisipasi adalah
keterlibatan aktif dari seseorang, atau sekelompok orang (masyarakat) secara
sadar untuk berkontribusi secara sukarela dalam program pembangunan dan
terlibat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring sampai pada tahap
evaluasi.
Penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship terhadap jiwa kewirausahaan pemuda adalah
suatu kegiatan komunikasi, informasi, motivasi, dan edukasi melalui program
pelatihan atau pembinaan kewirausahaan yang terdapat keterlibatan aktif pemuda.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya,
Provinsi Jawa Barat 46112/ Visi Dinas
Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya periode 2016 s.d
2020: “Terwujudnya kewirausahaan yang
mempunyai kemampuan daya saing dan berbasis ekonomi kerakyatan tahun 2020”.
Pencapaian visi tersebut ditempuh melalui Misi Dinas
Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya sebagai berikut:
a) Meningkatkan kualitas aparatur dan
pelaku usaha di bidang koperasi dan UKM, perindustrian serta perdagangan;
b)Meningkatkan kualitas koperasi dan UKM, industri serta perdagangan;
c)Meningkatkan daya saing produk dengan mengembangkan komoditas hasil industri
dan perdagangan; d) Meningkatkan tertib usaha dan perlindungan konsumen; e)
Meningkatkan pelatihan, pembinaan, pengelolaan, kewirausahaan, perdagangan dan
pasar.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
angket berisi pertanyaan mengenai indikator-indikator penyuluhan sosial melalui
program training entrepreneurship dan jiwa kewirausahaan.
Tabel 1
Defenisi Konsep dan Operasional Variabel Penelitian
Variabel
|
Sub
Variabel
|
Indikator
|
Variabel X (Penyuluhan Sosial melalui Training Entreprenership)
|
Penyuluhan melalui pemberian
pengetahuan Penyuluhan melalui
pembekalan Keterampilan
Life Skill
Penyuluhan melalui
pembekalan Kemampuan
|
1.
Mengetahui dasar-dasar pengelolaan usaha
2.
Mengetahui strategi bersaingcara bersaing 3.
Human Skill
4.
Conceptual
Skill
5.
Kemampuan untuk mengatur waktu dan membiasakan
diri
|
|
Penyuluhan melalui
pemberian Motivasi
|
6. Kebutuhan untuk ingin tahu (rasa ingin
tahu) 7. Kebutuhan berprestasi 8.
Kebutuhan berafiliasi
(hasrat untuk diterima dan
disukai orang lain
|
1. Keyakinan
Percaya Diri
2. Keberanian
Berorientasi
3. Bekerja Keras
Pada Tugas Dan 4. Ketabahan dan
ketekunan
Hasil
5. Bergaul dengan orang lain
Variabel Y Kepemimpinan 6. Menanggapi saran-saran
(Jiwa Kewirausahaan) dan
kritik
Berorientasi
Ke 7. Pandangan
Masa
Depan Ke
Depan
8.
Perspektif
(Cara Pandang)
9.
Kreativitas
Keorsinilan
10. Inovasi
|
(Suryana, 2002:33)
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh
peneliti kepada penyuluh sosial yang bertugas untuk melaksanakan penyuluhan
sosial dalam program training entrepreneurship
kepada pemuda di Kabupaten Tasikmalaya, narasumber tersebut adalah Pak Ana
beliau adalah penyuluh sosial bidang ketenagakerjaan dari Dinas Sosial, Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Tasikmalaya memaparkan tentang gambaran umum
penyuluhan sosial melalui program training
entrepreneurship kepada pemuda di Kabupaten Tasikmalaya.
Menurut beliau secara umum penyuluhan sosial melalui
program training entrepreneurship
adalah suatu kegiatan membantu, membimbing, mengarahkan, mendukung, memberikan
pelatihan dan pembinaan terhadap individu atau kelompok masyarakat dalam
merumuskan usaha, merencanakan, melaksanakan dan melestarikan program kerja
yang diperlukan agar potensi yang terdapat dalam diri mereka dapat berkembang
secara produktif dan optimal. Sasaran dari kegiatan ini adalah masyarakat
kelompok rentan (masyarakat penganggur, setengah penganggur, korban PHK, calon
TKI atau purna TKI, dan istri nelayan atau petani) untuk dibina, dibimbing,
dilatih dan dikembangkan menjadi wirausaha yang produktif.
Di Kabupaten Tasikmalaya sendiri
untuk tahun 2016 seluruhnya ada 129 warga binaan Dinsosnakertrans yang tercatat
telah mengikuti penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship. Dalam pelaksanaannya, penyuluhan sosial
melalui program training entrepreneurship
kepada pemuda di Kabupaten Tasikmalaya adalah kerjasama penyuluh indag dari
Dinas Koperasi, Industri, dan Perdagangan (Diskoperindag) bidang
ketenagakerjaan dengan penyuluh sosial dari Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Dinsosnakertrans) kabupaten Tasikmalaya.
Adapun penyuluhan sosial melalui
program training entrepreneurship
kepada pemuda di Kabupaten Tasikmalaya adalah kegiatan membantu, membimbing,
mengarahkan, mendukung, memberikan pelatihan dan pembinaan terhadap individu
atau kelompok pemuda untuk menunjang keterampilan tenaga kerja muda dalam
merumuskan usaha, merencanakan, melaksanakan dan melestarikan program kerja
yang diperlukan agar potensi yang terdapat dalam diri mereka dapat berkembang
secara produktif dan optimal. Dari 129 warga tadi yang masyarakat muda
(pemuda), laki-laki dan perempuan, usia 15-35 tahun, telah mengikuti penyuluhan
sosial melalui program entrepreneurhip
selama tahun 2016, baru atau akan memulai berwirausaha ada 45 orang.
Data tersebut diperoleh dari data
sebaran penduduk miskin dan kurang produktif yang didapat dari Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). Data ini kemudian diintegrasikan
dengan memperhatikan saran-saran dari kelompok pemangku kepentingan lainnya.
Hasil penelitian ini menemukan tentang proses
penyuluhan sosial melalui program training
entrepreneurship pada pemuda dan tingkat pengaruh penyuluhan sosial melalui
program training entrepreneurship
terhadap jiwa kewirausahaan pemuda.
Proses Penyuluhan
Sosial Melalui
Program Training Entrepreneurship
Terhadap Jiwa Kewirausahaan Pemuda
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan setelah
melakukan observasi di Dinsosnakertrans dan Diskoperindag Kabupaten Tasikmalaya
serta wawancara kepada penyuluh sosial yakni Pak Ana, Pak Kamal, dan Pak Nanang
serta penyuluh Koperindag yakni Pak Nur Ahmad R, S.Sos dan Pak Drs. Enceng
Muhtar, M.Si pada tahun 2016 ada tiga kegiatan besar penyuluhan sosial melalui
program training entrepreneurship
terhadap jiwa kewirausahaan pemuda, setiap kegiatan besar tersebut diberikan training (pelatihan) dan pembinaan yang
berbeda-beda agar tidak terkesan membosankan serta untuk menarik minat peserta
penyuluhan, kegiatankegiatan tersebut adalah kegiatan penyuluhan sosial dan
pelatihan teknik pembuatan kerajinan batu onik, kegiatan penyuluhan sosial dan
pelatihan teknik pembuatan tikar lampit, dan kegiatan penyuluhan sosial
Peningkatan Peran Wanita Menuju Keluarga Sehat Dan Sejahtera (P2WKSS).
Selain tiga kegiatan
besar tersebut, dilakukan pula bimbingan dan pendampingan oleh tiga penyuluh
sosial bidang ketenagakerjaan. Tiga penyuluh tersebut disebar di tiga wilayah
besar kabupaten Tasikmalaya dan membimbing pemuda-pemuda binaan
Dinsosnakertrans tersebut agar termotivasi, berkembang, dalam melakukan wirausahanya.
Di bawah ini akan dijelaskan mengenai proses penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship terhadap jiwa
kewirausahaan pemuda.
Pertama, Penyuluh dalam penyuluhan sosial memiliki arti
sebagai komunikator. Menurut Effendy, 1992:6 dalam AS, 2009:19 komunikator
adalah orang yang menyampaikan pesan. Menurut Rustanto (2015) komunikator
adalah pengirim pesan, sumber informasi penyuluhan sosial. Penyuluh
dalam kegiatan penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship terhadap jiwa kewirausahaan pemuda
terdiri dari lima orang penyuluh. Dua orang diantaranya adalah penyuluh dari
Diskoperindag kabupaten Tasikmalaya yang memang memiliki jabatan fungsional
sebagai penyuluh koperindag. Dua orang tersebut adalah Bapak Nur Ahmad R, S.Sos
dan Bapak Drs. Enceng Muhtar, M.Si. Diantaranya, tiga orang utusan dari
Dinsosnakertrans kabupaten Tasikmalaya. Ketiga penyuluh tersebut sebelumnya
adalah orang yang telah mendapat pembekalan dari Balai Besar Pengembangan Pasar
Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja (BBPPK dan PKK) selama 6 hari dan telah
menerima materi yang berkaitan dengan penyuluhan tersebut dengan jumalah materi
48 jam pelajaran sehingga mempunyai kemampuan di bidang pendampingan
kewirausahaan dan penyuluhan di lapangan yang bertugas membimbing, memberikan
dorongan atau motivasi, mendengarkan dan memecahkan persoalan-persoalan yang
dialami peserta penyuluhan secara bersama-sama berkenaan dengan jiwa
kewirausahaan pemuda membantu, mengarahkan, mendukung individu atau kelompok
dalam merumuskan usaha, merencanakan, melaksanakan, dan melestarikan program
kerja yang diperlukan agar potensi yang terdapat dalam diri pemuda dapat
berkembang secara produktif dan optimal, serta memfasilitasi peserta kegiatan
penyuluhan sosial melalui program training
entrepreneurship terhadap jiwa kewirausahaan pemuda. Ketiga orang tersebut
adalah Bapak Ana, Bapak Nanang, dan Bapak Kamal.
Kedua,
tersuluh yaitu penerima pesan atau peserta dalam kegiatan penyuluhan sosial
melalui program training entrepreneurship
terhadap jiwa kewirausahaan pemuda adalah 45 orang masyarakat usia pemuda
(15-34) tahun yang berasal dari berbagai daerah atau kecamatan di kabupaten
Tasikmalaya yang masuk dalam sasaran kelompok rentan (masyarakat penganggur,
setengah penganggur, korban PHK, calon TKI atau purna TKI, dan istri nelayan /
petani) serta termasuk dalam data sebaran penduduk miskin dan kurang produktif.
Ketiga,
metode dalam kegiatan kegiatan penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship terhadap jiwa
kewirausahaan pemuda dilakukan melalui cara berikut ini: a) Ceramah; b) Brainstorming; c) Bermain peran (role play); d) Diskusi kelompok terarah
(focussed group discussion); e)
Pencairan suasana (icebreaking); f) Praktik kerja lapangan (on the job training); g) Pelatihan (training) dan pembinaan; h) Bimbingan individu dan kelompok. Secara
umum metode yang digunakan dalam penyuluhan tersebut adalah dengan pendekatan
individu dan pendenkatan kelompok.
Keempat, media
yang dilakukan dalam kegiatan penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship terhadap jiwa
kewirausahaan pemuda adalah sebagai berikut: a) Laptop dan proyektor; b) Alat
tulis; c) Modul bimbingan; d) Alat dan bahan pelatihan.
Kelima,
materi yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship terhadap jiwa
kewirausahaan pemuda adalah: a) Penyampaian materi yang berkaitan dengan
penyuluhan Islam; b) Penyampaian materi tentang kebijakan dari pemerintah
terutama dari Dinsosnakertrans dan Diskoperindag Kabupaten Tasikmalaya; c)
Pemberian materi motivasi; d) Materi praktik pelatihan.
Keenam,
waktu dan tempat dari tiga kegiatan besar penyuluhan sosial melalui program
training entrepreneurship terhadap
jiwa kewirausahaan pemuda adalah sebagai berikut: a) Penyuluhan Sosial dan
Pelatihan Teknik Pembuatan Kerajinan Batu Onik di desa Cigunung Kecamatan
Parungponteng dilaksanakan selama empat hari pada tanggal 13 April sampai
dengan 16 April 2016; b) Penyuluhan Sosial dan Pelatihan Teknik Pembuatan Tikar
Lampit di desa Nanggerang Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya 2016
dilaksanakan selama 4 (empat) hari,
yaitu dari tanggal 27 April sampai dengan 30 April 2016, bertempat di
GOR Parusarakan Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya; c) Penyuluhan
sosial dan pelaksanaan pelatihan pembuatan produksi makanan olahan dalam rangka
Peningkatan Peran Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) dilaksanakan
selama 4 (empat) hari, yaitu dari
tanggal 25 Mei sampai dengan 28 Mei 2016, bertempat di Gedung PGRI Kecamatan
Salawu Kabupaten Tasikmalaya. Untuk kegiatan bimbingan kelompok dilakukan oleh
penyuluh dan pemuda peserta penyuluhan dengan meyesuaikan waktu dan tempat yang
telah disepakati bersama. Untuk tempat biasa dilakukan dengan berkumpul di
salah satu rumah pemuda peserta penyuluhan tersebut sambil membahas kemajuan
wirausaha mereka dalam suasana santai tetapi tersampaikan pesan-pesan
penyuluhan itu. Tetapi untuk waktunya biasa dilakukan satu bulan sekali karena
kegiatan tersebut ditekankan harus ada pertemuan antara penyuluh atau dalam hal
ini dapat disebut pula sebagai pendamping dengan kelompok pemuda peserta
penyuluhan sosial melalui program training
entrepreneurship untuk mengetahui dan melihat kemajuan perkembangan jiwa
kewirausahaan mereka. Proses bimbingan ini secara prosedur dari pemerintah
terhitung berlangsung selama enam bulan, mulai tanggal 1 Juli-30 Desember 2016.
Meskipun prosedur dari pemerintah ini hanya berlangsung sampai enam bulan saja,
proses bimbingan ini masih berlangsung sampai sekarang.
Ketujuh,
tujuan penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship terhadap jiwa kewirausahaan pemuda ini
adalah kegiatan untuk membimbing, mengarahkan mendukung, proses komuikasi,
penyampaian informasi, edukasi dan motivasi kepada individu atau kelompok
pemuda di Tasikmalaya dalam merumuskan usaha, merencanakan, melaksanakan
wirausaha, dan melestarikan program kerja yang diperlukan agar potensi yang
terdapat dalam diri mereka dapat berkembang secara produktif dan optimal.
Pengaruh Penyuluhan
Sosial Melalui
Program Training Entrepreneurship
Terhadap Jiwa Kewirausahaan Pemuda
Uji validitas dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana pertanyaan yang diajukan dapat mewakili objek yang
diamati, sehingga pertanyaan dalam kuesioner memenuhi syarat, sah atau tidak
untuk dijadikan data primer dalam penelitian. Uji validitas dapat
mengkorelasikan masingmasing pertanyaan dengan jumlah skor masing-masing sub
variabel.
Uji validitas dilakukan dengan
menggunakan rumus korelasi Pearson
Product Moment dan hasilnya dibandingkan dengan nilai angkan kritik table
korelasi nilai r. Berdasarkan kuesioner yang disebar kepada 22 responden dengan
signifikansi 0,05% didiapatkan nilai df=n-2, df=222=20. Didiapatkan angka r
table= 0,2483. Jika r tabel lebih kecil dari r hitung, maka pernyataan itu
valid sehingga pertanyaan dalam kuesioner memenuhi syarat, sah atau tidak untuk
dijadikan data primer dalam penelitian, dan sebaliknya jika r tabel lebih besar
dari r hitung maka pernyataan itu tidak valid sehingga pertanyaan dalam kuesioner
tidak memenuhi syarat sah atau tidak untuk dijadikan data primer dalam
penelitian. Hasil uji validitas dari seluruh item dapat dilihat sebagai
berikut:
Tabel
2
Hasil Uji Validitas
Pertanyaan
|
Nilai
Koefisien r Hitung
|
Nilai
Koefisien r Tabel
|
Kesimpulan
|
Pertanyaan 1
|
0,404
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 2
|
0,477
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 3
|
0,434
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 4
|
0,459
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 5
|
0,520
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 6
|
0,550
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 7
|
0,391
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 8
|
0,415
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 9
|
0,358
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 10
|
0,406
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 11
|
0,359
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 12
|
0,415
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 13
|
0,643
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 14
|
0,352
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 15
|
0,425
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 16
|
0,550
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 17
|
0,415
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 18
|
0,520
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 19
|
0,404
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 20
|
0,359
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 21
|
0,406
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 22
|
0,550
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 23
|
0,385
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 24
|
0,643
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 25
|
0,520
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 26
|
0,477
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 27
|
0,404
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 28
|
0,459
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 29
|
0,393
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 30
|
0,520
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 31
|
0,406
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 32
|
0,271
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 33
|
0,397
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 34
|
0,368
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 35
|
0,520
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 36
|
0,643
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 37
|
0,497
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 38
|
0,415
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 39
|
0,459
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 40
|
0,391
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 41
|
0,359
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 42
|
0,425
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 43
|
0,520
|
0,2483
|
Valid
|
Pertanyaan 44
|
0,415
|
0,2483
|
Valid
|
Sumber data: output SPSS 24 yang diolah,
2017
Berdasarkan tabel di atas,
diketahui bahwa setiap pertanyaan memiliki r hitung yang lebih besar
dibandingkan dengan r tabel. Maka table di atas menggambarkan bahwa
pertanyaan-pertanyaan diatas valid sehingga memenuhi syarat untuk dijadikan
data primer dalam penelitian.
Selanjutnya dilakukan uji
reliabilitas, uji reliabilitas adalah tingat kepercayaan hasil suatu
pengukuran. Pengukuran yang memiliki realibitas tinggi yaitu pengukuran yang
mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya (reliabel). Teknik yang digunakan
untuk mengukur reliabilitas yaitu menggunakan teknik Alpha Cronbach.
Uji reliabilitas ini dihitung
dengan menggunakan program IBM SPSS
Statistics 24.0. Kriteria suatu instrumen dikatakan reliabel apabila
koefisien reliabilitas lebih besar dari 0. maka data tersebut mempunyai
kehandalan yang tinggi (Ghozali: 2005).
Tabel 3
Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
|
N of Items
|
,923
|
44
|
Sumber data: output SPSS 24 yang diolah, 2017
Berdasarkan perhitungan uji
realibilitas didapatkan hasil Cronbach Alpha sebesar 0.923 yang artinya bahwa
seluruh pertanyaan dinyatakan reliabel dikarenakan nilai cronbach’s alpha lebih dari 0,923 > 0,600.
Uji normalitas dimaksudkan untuk
mengetahui apakah residual terstandarisasi yang diteliti berdistribusi normal
atau tidak. Penyebabnya karena terdapat nilai ekstrim dalam pengambilan data.
Tabel
4
Hasil Uji Normalitas
One-Sample
Kolmogorov-Smirnov Test
N
|
|
45
|
Normal Parametersa,b
|
Mean
|
,0000000
|
|
Std.
Deviation
|
3,80625163
|
Most Extreme Differences
|
Absolute Positive
|
,084
,056
|
|
Negative
|
-,084
|
Test Statistic
|
|
,084
|
Asymp. Sig.
(2-tailed) ,200
a. Test
distribution is Normal.
b. Calculated from
data.
Sumber data: output SPSS 24 yang diolah, 2017
Dari hasil output SPSS diperoleh Pv
(0,200) > 0,05 maka H0 diterima, maka nilai residual tersebut
normal atau dapat disimpulkan bahwa uji normalitas untuk penelitian tersebut
terpenuhi.
Berikutnya adalah tabel Coefficients untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penyuluhan
sosial melalui program training
entrepreneurship terhadap jiwa kewirausahaan
pemuda P-value < α
(0,05) maka H0 ditolak berarti terdapat pengaruh penyuluhan
sosial melalui program training
entrepreneurship terhadap jiwa kewirausahaan
tetapi sebaliknya apabila Pvalue < α (0,05) maka
H0
diterima berarti tidak terdapat pengaruh penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship terhadap jiwa kewirausahaan.
Tabel 5
Coefficientsa
|
Unstandardized
Coefficients
Model
Std.
B
Error
|
Standardized
|
Sig.
|
Coefficients
Beta
|
T
|
1
|
(Constant)
11,647 5,546
|
|
2,1
00
|
,042
|
|
Penyuluhan Sosial 1,609 ,091 Melalui Program
|
,938
|
17,
|
,000
|
721
|
Training
Entrepreneurship
Sumber data: output SPSS yang diolah, 2017
a.
Dependent Variable: Jiwa Kewirausahaan Pemuda
Karena Pv < 0,05 maka H0 DITOLAK
sehingga terdapat pengaruh penyuluhan sosial melalui program training
entrepreneurship terhadap jiwa kewirausahaan
pemuda.
Besar pengaruh
penyuluhan sosial melalui program training
entrepreneurship terhadap jiwa kewirausahaan
pemuda dapat dilihat hasilnya melalui tabel yang hasil olahan pada IBM SPSS 24
seperti pada tabel dibawah ini pada tabel analisis hasil koefisien determinasi,
tepatnya pada nilai R Square yang diperoleh hasil angka 0,880.
Tabel 6
Analisis Hasil Koefisien Determinasi
|
|
Model
Summary
|
|
Model
|
R
|
Adjusted R R Square Square
|
Std. Error of the Estimate
|
1
|
.938a
|
.880 .877
|
3.850
|
Sumber data: output SPSS 24 yang diolah, 2017
Dilihat dari tabel 6 di atas, nilai
koefisien determinasi atau R-Square sebesar 0,880 atau 88,0%. Hal ini
menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel X yaitu penyuluhan
sosial melalui program training
entrepreneurship terhadap variabel dependen yaitu jiwa kewirausahaan pemuda
sebesar 88,0 %, sedangkan sisanya yaitu 12,0 % dipengaruhi oleh faktor atau
variabel lain yang tidak diteliti. Dalam perhitungan korelasi Pearson akan
didapat koefisien korelasi yang menunjukkan keeratan hubungan antara dua
variabel tersebut. Nilai koefisien korelasi berkisar antara 0 sampai 1 atau 0
sampai -1. Semakin mendekati 1 atau -1 maka hubungan semakin erat dan jika
mendekati 0 maka pengaruh semakin lemah.
Besar peningkatan penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship terhadap jiwa
kewirausahaan pemuda
Tabel 7
Coefficientsa
Unstandardized
Model Coefficients
|
Standardiz ed
Coefficient s
|
T
|
Sig.
|
B
Std. Error
|
Beta
|
|
|
1
(Constant) 11,647 5,546
|
|
2,100
|
,042
|
Penyuluhan
Sosial 1,609 ,091
Melalui Program
Training
Entrepreneurship
|
,938
|
17,721
|
,000
|
a.
Dependent Variable: Jiwa Kewirausahaan
Sumber data: output SPSS yang diolah, 2017
Koefisien regresi X sebesar 1,609
menyatakan bahwa setiap penambahan atau peningkatan sebesar 1 nilai penyuluhan
sosial melalui program training
entrepreneurship, maka nilai penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship bertambah atau
naik sebesar 1,609, ini dikarenakan nilai 1,609 bernilai positif, maka X naik,
Y akan menggalami kenaikan.
Tabel 8
Hasil Koefisien Determinasi
|
≤ 4%
|
Rendah
sekali
|
5% - 16%
|
Rendah
tetapi pasti
|
17% - 49%
|
Cukup
berarti
|
50% - 80%
|
Tinggi
atau kuat
|
≥ 81%
|
Tinggi
sekali
|
Sumber: Sugiyono, 2012
Dari tabel 7 di atas terlihat bahwa
nilai koefisien determinansi yang telah dihitung sebesar 88,0% dan masuk ke
dalam kriteria pengaruh yang tinggi sekali (Sugiyono: 2012).
PENUTUP
Proses penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship kepada pemuda di
kabupaten Taikmalaya diberikan oleh penyuluh dari Dinas Koperindag yang
selanjutnya dilakukan bimbingan oleh penyuluh sosial dari Dinsosnakertrans
bidang ketenagakerjaan. Untuk kegiatan bimbingannya dilakukan setiap 1 kali
dalam 1 bulan selama 6 bulan. Dengan waktu dan tempat yang fleksibel sesuai
kesepakatan peserta penyuluhan. Adapun metode yang digunakan dalam penyuluhan
adalah melalui metode ceramah, curah pendapat, bermain peran, pencairan
suasana, praktik kerja lapangan, pelatihan dan pembinaan serta bimbingan
individu dan kelompok. Media yang digunakan dalam penyuluhan adalah laptop, in-focus, alat tulis modul
bimbingan, dan alat pelatihan.
Pengaruh penyuluhan sosial melalui
program training entrepreneurship
terhadap jiwa kewirausahaan pemuda di Kabupaten Tasikmalaya dengan menggunakan
jenis pengambilan sample melalui teknik purposive
sampling maka diambil 45 sample. Dari hasil uji validitas dengan Rtabel
yang digunakan = 0,2483, diperoleh nilai R hitung > R tabel maka semua item
pertanyaan valid. Hasil reliabilitas nilai Cronbach’s
Alpha 0,923 > 0,7 maka semua kontruk pertanyaan yang merupakan dimensi
adalah reliable. Setelah dilakukan uji normalitas dan uji linieritas diperoleh
hasil bahwa terdapat pengaruh penyuluhan sosial melalui program training entrepreneurship terhadap jiwa
kewirausahaan pemuda denagn hasil P-value < a (0,05).). Adapun besar pengaruh dari nilai koefisien
determinasi (R Square) sebesar 88 %.
DAFTAR PUSTAKA
Alma, B. (2013). Kewirausahaan, Bandung: Alfabeta.
Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2006). Metodelogi Penelitian, Yogyakarta: Bina
Aksara.
Arikunto, S. (2012). Metodelogi Penelitian, Yogyakarta: Bina
Aksara.
AS, Enjang.
(2009). Komunikasi Konseling Dari
Wawancara, Seni Mendengar, sampai Soal Kepribadian. Bandung: Nuansa.
Departemen Agama RI.(2004). Al-Quran dan Terjemahnya, Bandung: CV
JArt.
Effendy, dkk.
(2011). Menjadi Pemuda Bermartabat (Kunci
Rahasia Menjadi Pemuda Sukses. Bandung: Arsad Press.
Hendriani, S dan
Nulhaqim, S.A. (2008). Pengaruh Pelatihan
dan Pembinaan Dalam Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Mitra Binaan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang
Dumai, Jurnal Kependudukan Padjajaran, Vol.10, No.2.
Iensufiie,
T. (2010). Leadership untuk Profesional
dan Mahasiswa. Jakarta: Esensi Erlangga Group.
Kementerian
Ketenagakerjaan RI, Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tnaga Kerja dan
Perluasan Kesempatan Kerja. (2016). Modul
Bimbingan Pendamping Pemberdayaan Masyarakat 2016. Bandung: Balai Besar
Pengembangan Pasar Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja.
Kusnawan,
Aep. (2011). Baca, Tulis, Hafal Al-Quran
dan Hadits ke-BPI-an, Bandung: Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam,
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Meredith,
G. G. (2002). Kewirausahaan: Teori
dan Praktek. Jakarta : Pustaka Binaman Presindo.
Simamora, H. (2001). Manajemen Sumberdaya Manusia, Edisi Kedua bagian Penerbit STIE
YKPN, Yogyakarta.
Supardan, D. (2011). Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta:
Bumi Aksara
Suryana. (2003). Kewirausahaan:
Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat